banneratas

Dede Farhan Aulawi Jelaskan Pemanfaatan Teknologi dan Jaringan Intelijen Israel

509

Jakarta || faktaperistiwanews.co – Serangan militer Angkatan Udara Israel ke Beirut, Lebanon pada hari Sabtu tanggal 28 September 2024 telah menewaskan pemimpin kelompok milisi Hizbullah Hasan Nasrallah. Serangan Angkatan Udara Israel ini menggunakan 80 puluhan amunisi berpemandu, JDAM bom tipe Mark-84 seberat 907 kilogram yang dirancang untuk menghancurkan bunker. Bom Mark-84 (MK-84) merupakan salah satu jenis senjata berpemandu atau Joint Direct Attack Munition (JDAM) yang dimiliki oleh Angkatan Udara Amerika Serikat. Berdaya hambat rendah dan digunakan di tempat yang membutuhkan efek ledakan maksimum. Bom ini beroperasi dengan bantuan sistem navigasi yang disediakan dari GPS. Jadi, saat dijatuhkan dari pesawat, bom ini akan mencari target secara otomatis dengan bantuan GPS yang terpasang di dalamnya. Upaya pembunuhan ini dilakukan setelah Intelijen Israel berhasil melacak keberadaanya melalui peretasan dan upaya mata-mata selama beberapa tahun terakhir. Termasuk olah data digital melalui citra satelit, sonic bomb, dan agen intelijen lapangan “, ujar Pemerhati Intelijen Dede Farhan Aulawi di Jakarta, Selasa (1/10).

Hal tersebut ia sampaikan saat menjawab beberapa pertanyaan dari berbagai awak media yang meminta tanggapannya atas tewasnya pemimpin Hizbullah Hasan Nasrallah oleh serangan udara Israel dan dampaknya terhadap perkembangan ketegangan di berbagai kawasan. Menurutnya, serangan itu juga menewaskan Komandan Palagan Selatan Hizbullah Ali Karaki dan Wakil Komandan Operasi Garda Revolusi Iran (IRGC) Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan termasuk beberapa pengawalnya. Bom Mark 84 memang bisa dijatuhkan dari ketinggian rendah ataupun tinggi. Selain itu, bom ini juga dapat dipasangkan di beberapa jenis pesawat tempur, seperti pesawat B-1B, B-2A, B-52H, AV-8B, F-15E, F/A-18C/D/E/F, F-16C/D, dan F-22. Saat ini, Bom Mark 84 juga sedang dikembangkan lebih lanjut agar bisa dipasangkan di beberapa jenis drone, seperti A-10, F-35 Joint Strike Fighter, dan MQ-9 Reaper.

Pada kesempatan tersebut iapunmenyampaikan bahwa sebenarnya Israel sudah pernah mencoba beberapa kali melakukan upaya pembunuhan terhadap Hasan Nasrallah sejak perang tahun 2006 melalui kerja Direktorat Intelijen Militer Israel (Aman). Lembaga ini berhasil melakukan profil-profil (personal profilling) para petinggi Hizbullah. Setelah mempersempit target, Israel mulai meretas Hizbullah dan melancarkan aksi mata-mata untuk melacak pergerakan operasinya. Bahkan, informasi yang didapatkan kerap berasal dari ponsel istri-istri anggota Hizbullah. Mata-mata Israel juga memasang kamera di beberapa wilayah di Lebanon untuk melacak pergerakan mobil anggota Hizbullah untuk mengetahui setiap jengkal pergerakannya, sampai akhirnya mampu mendeteksi saat Hasan Nasrallah berangkat menuju bunker-nya. Israel memang telah lama mengirimkan puluhan anggota intelijen dari pasukan khusus-nya untuk tinggal di Lebanon dengan aneka peran sebagai bentuk penyamarannya. Mulai dari pebisnis, pendidik, mahasiswa bahkan sampai menikahi beberapa warga Libanon agar pergerakannya lebih leluasa. Mereka fokus melacak lokasi dan tempat penting para petinggi Hizbullah.

Dari sisi lain, meninggalnya pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah ini mengundang reaksi dari banyak pihak, termasuk dari Paus Fransiskus. Beliau menyatakan bahwa serangan Israel di Gaza dan Lebanon telah melampaui batas moral dan aturan perang. Israel juga sudah lama telah membujuk sejumlah orang di Lebanon untuk menjadi mata-matanya. Termasuk menggalang Mosab Hassan Yousef yang merupakan anak salah satu pendiri Hamas, Hassan Yousef. Dampaknya ia memberikan informasi soal para petinggi Hamas ke Israel sehingga banyak pejuang Palestina yang ditangkap atau dibunuh oleh Israel atas info dari Mosab. Begitupun keberhasilan mereka merekrut agen di Iran dalam melacak posisi Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh sehingga beliau meninggal atas serangan Israel pada tanggal 31 Juli 2024 di Teheran, Iran.

“ Keberhasilan serangan Israel terhadap para ‘target’ tidak lepas dari operasi intelijen yang mereka lakukan dengan perluasan jaringan intelijen melalui rekruitmen para agen lapangan di wilayah musuh, dan juga para informan dengan sistem sel berlapis. Disamping itu juga berkat olah data digital berbasis teknologi intelijen yang mereka miliki, meskipun Hasan Nasrullah sudah berusaha menghindari berbagai perangkat elektronik termasuk para pengawalnya. Hal ini dikarenakan bahwa pada dasarnya ponsel bisa dijadikan alat pelacak oleh Israel. Jadi data intelijen yang Israel miliki berbasis pada hasil PENYADAPAN dan PENYUSUPAN “, imbuh Dede.

Badan intelijen Israel Unit 8200 yang fokus pada teknologi informatika sejak lama menyadap ponsel-ponsel di Lebanon, termasuk milik Hizbullah. Mereka berbagi data dan informasi dengan Badan Keamanan Nasional (NSA) AS yang sama – sama fokus pada intelijen berbasis digital. Ini pula yang mereka manfaatkan dalam pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Brigade Quds IRGC ketika berada di Suriah, lalu dibunuh di Irak.

Pelacakan posisi terakhir Nasrallah sebelum pembunuhan itu diduga menggunakan sonic boom. Pada 19 September 2024, ada siaran langsung pidato Nasrallah. Berbagai televisi, radio, serta akun media sosial Lebanon menyiarkan pidato itu. Di waktu yang bersamaan, Israel melakukan penyilangan data dan koordinat sumber suara sehingga bisa memperkirakan lokasi pemimpin Hizbullah tersebut, sehingga puluhan bom buatan AS dijatuhkan di wilayah tersebut dan jenazah Hasan Nasrallah ditemukan di lokasi ledakan.

“ Terkait kasus ini ada beberapa pertanyaan yang muncul, yaitu bagaimana sonic boom dijadikan alat untuk melacak posisi orang yang menjadi target. Padahal ledakan sonik atau sonic boom pada dasarnya merupakan suara impulsif yang mirip dengan guntur akibat adanya benda yang bergerak lebih cepat dari suara, yakni sekitar 750 mil per jam di permukaan laut. Jadi ketika pesawat terbang dengan kecepatan melebihi kecepatan suara, gelombang tekanannya membentuk gelombang kejut yang bergerak maju dari titik pembangkitan atau pelepasan. Ada dua jenis ledakan sonik, yaitu gelombang N dan gelombang U. Gelombang N dihasilkan dari kondisi penerbangan yang stabil, dan gelombang tekanannya berbentuk seperti huruf N. Sedangkan Gelombang U atau ledakan terfokus, dihasilkan dari penerbangan manuver, dan gelombang tekanannya berbentuk seperti huruf U “, pungkas Dede mengakhiri obrolan santai. (Red)

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.