Warga Tugurejo Kec. Ngasem Keluhkan Limbah Hasil Produksi PG Pesantren Baru
Kediri, faktaperistiwanews.co.id – Sejak dimulainya proses penggilingan tebu pada musim panen 2021 ini, memunculkan kepulan asap yang begitu pekat yang keluar dari corong-corong asap milik PG Pesantren Baru yang terletak di Desa/Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Asap-asap yang keluar dari proses produksi non-stop selama kurang lebih enam bulan ini, jelas akan menimbulkan efek negatif bagi warga sekitar lokasi pabrik termasuk warga Tugurejo Kecamatan Ngasem.
Proses produksi yang sangat pesat tersebut, membuat pihak PG Pesantren Baru “diduga” kurang memperhatikan dampak negatif yang dihasilkan dari sisa hasil proses produksi atau biasa disebut limbah itu.
Limbah merupakan salah satu penyumbang pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari sisa hasil produksi industri. Pencemaran tersebut bisa dalam bentuk kepulan asap yang kemungkinan besar sangat merugikan masyarakat, baik dalam segi kesehatan, seperti bagi kesehatan paru-paru atau sistem pernafasan, serta bagi indera yang lain seperti kulit, mata dan lainnya.
Kesehatan menjadi terganggu akibat dari limbah padat yang berupa abu dan debu yang menyebar di sekitar lokasi pabrik termasuk Desa Tugurejo. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya pernafasan, selain itu limbah tersebut juga bisa berakibat pada terganggunya penglihatan akibat abu dan debu. Dari segi limbah cair, air sungai yang terkontaminasi oleh limbah pun bisa mengakibatkan iritasi kulit dan merasakan gatal-gatal.
Warga Tugurejo yang letak wilayahnya berdekatan dengan PG Pesantren Baru sangat mengeluhkan limbah yang ditimbulkan dari corong asap milik pabrik tersebut yakni berupa debu yang setiap hari mengenai rumahnya, belum lagi bau menyengat yang ditimbulkan.
Saat dimintai keterangan oleh awak media, salah satu warga Tugurejo yang tidak mau disebutkan identitasnya, menuturkan bahwa sebenarnya warga sering menyampaikan keluhan ke PG Pesantren Baru mengenai limbah yang selalu meresahkan warga, akan tetapi setiap tahunnya tidak pernah ada perubahan terutama masalah asap yang berupa abu dan debu, serta bau mrnyengat dari sungai sekitar pemukiman warga.
“Pihak PG sebenarnya sering memberikan bantuan ke warga sekitar, biasanya pas musim giling gini ada pembagian sembako berupa gula dan bantuan dengan bentuk lainnya, akan tetapi tetap saja limbah itu selalu bikin resah apalagi musim pandemi kayak gini” jelas salah satu warga Tugurejo.
GM Pesantren Baru, Bapak Roh Sudiyanto, saat dimintai konfirmasi melalui sambungan seluler oleh awak media mengatakan, “Sementara waktu belum ada keluhan dari masyarakat, semisal ada keluhan dari masyarakat kita cek. Kita ada tim dari masyarakat, ada dari PG juga ada sama dari Kecamatan”.
Lebih lanjut, saat awak media meminta konfirmasi Bapak Agung selaku Kepala Desa Tugurejo melalui sambungan telepon mengatakan, “Kita sudah berkoordinasi terus, kemarin kita itu juga ada tim terbentuk di setiap RW untuk mengajukan (rundingan). Sebenarnya kita komplain terus, akan tetapi di situ BUMN istilah gimana ya. Dampak sebenarnya kalau untuk masyarakat kita parah banget itupun dari zaman dahulu, sebelum saya lahir dari zaman (Belanda)”,
“Kalau untuk saat ini dampaknya sudah sangat berkurang, setelah kemarin kita negosiasi atau segala perbaikannya sudah agak mending berkurang tetapi masih. Umpama kemarin itu 100%, ini mungkin sekitar 75% sedikit saja kurangnya, terutama dari abunya parah. Kalau bau dari desa kami tidak begitu, tetapi yang berdampak banget itu debu. Kemarin sudah saya laporkan ke dewan, ke Mas Bup, tetapi belum ada tindakan juga” pungkasnya.(Tim)