banneratas

Prawita GENPPARI Jelaskan Konsep Wisata Perkotaan (Urban Tourism)

0 561

BANDUNG || faktaperistiwanews.co – Selama ini istilah desa wisata dan wisata desa mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, mengingat Prawita GENPPARI tampil menjadi lokomatif kepariwisataan yang begitu getol dan agresif mensosialisasikan kepariwisataan dari suatu daerah ke daerah lainnya, dan dari suatu desa ke desa lainnya. Padahal Prawita GENPPARI merupakan organisasi kepariwisataan yang bersifat independen, artinya bukan organisasi pemerintah tetapi kegiatannya begitu masif dengan berbagai program unggulannya. Bahkan tidak sedikit tokoh yang bertanya tentang Prawita GENPPARI yang memiliki banyak program dan kegiatan yang banyak berkarya nyata buat masyarakat tanpa dukungan keuangan pemerintah. Semua program kegiatannya dilakukan secara independen atas biaya sendiri.

“ Konsep dasar pengembangan wisata kota pada dasarnya berbasis pada potensi yang dimiliki oleh masing – masing desa, dan pada umumnya berbasis pengembangan spot wisata buatan. Artinya tidak berbasis keindahan alam seperti pantai, danau, air terjun, dan sebagainya. Pariwisata kota merupakan kumpulan sumber daya aktivitas yang berlokasi di kawasan perkotaan dan menyediakan segenap aktivitas hiburan, bisnis dan sebagainya bagi pengunjung yang datang. Pariwisata kota memang memiliki karakteristik yang khas, dan tentu berbeda dengan konsep pariwisata desa. Wisatawan yang datang ke kota, mengunakan fasilitas perkotaan yang juga digunakan oleh penduduk kotanya sebagai daya tarik wisatanya seperti taman kota, pusat-pusat perbelanjaan, museum dan monumen, restoran, alun-alun kota, objek wisata buatan, dan lain – lain “, ujar Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Bandung, Sabtu (25/2).

Hal tersebut ia sampaikan dalam obrolan santai di kediamannya saat menerima beberapa tokoh masyarakat yang ingin mengembangkan wisata perkotaan. Pada umumnya masyarakat perkotaan merasa bingung dalam mengembangan wisata di wilayahnya karena merasa tidak memiliki potensi keindahan alam seperti yang dimiliki oleh desa – desa, sehingga saat ini jauh lebih banyak masyarakat desa yang mengembangkan potensi wisata di daerahnya masing – masing. Sementara masyarakat kota seolah tertidur pulas karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Begitupun dengan sikap pemerintah yang saat ini dinilainya lebih banyak ‘memanjakan’ masyarakat desa daripada masyarakat perkotaan.

Menurutnya, pembangunan dan pengembangan pariwisata perkotaan memerlukan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang konsisten dan evaluasi yang terukur dan konstruktif. Pembangunan pariwisata perkotaan adalah pembangunan yang terintegrasi dan holistik untuk mewujudkan kepuasan semua pihak. Hal krusial dan berkaca dari pengalaman selama ini, elemen dan komponen pariwisata kota perlu didukung oleh kemampuan dalam peningkatan daya saing pariwisata kota itu sendiri. Pada era globalisasi dengan persaingan yang ketat, setiap kota wajib terus memperkuat daya saing kotanya agar tetap bertahan dan diminati para wisatawan. Daya saing pariwisata yang dimaksud adalah kemampuan sebuah kota untuk menyediakan jasa wisata kepada para wisatawan dengan kondisi yang lebih baik dari kota-kota lainnya.

“ Kota wisata adalah kota yang memang direncanakan dan dibangun untuk pariwisata dan wisatawan, mengandalkan pariwisata sebagai sektor utama penggerak perekonomian kota. Pariwisata perkotaan didorong untuk menjadi sumber utama Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota dan meningkatkan aktivitas ekonomi perkotaan yang menguntungkan bagi masyarakat kota. Secara teori, pariwisata akan ada dan tumbuh karena adanya perbedaan, keunikan dan kelokalan baik alam, budaya maupun buatan, sehingga semua yang dimiliki kota tersebut harus dilestarikan sebagai aset berharga. Sebuah kota yang akan menjadi kota wisata disamping memiliki berbagasi fasilitas perkotaan yang menjadi daya tarik juga harus memiliki kekhasan dan keunikan tadi “, imbuh Dede.

Selanjutnya Dede juga menjelaskan bahwa Pariwisata Kota (Urban Tourism) adalah sebuah daya tarik wisata guna menarik masyarakat dalam dan luar kota menggunakan fasilitas kota sebagai atribut wisata. Seiring dengan perkembangan zaman, maka tren Urban Tourism juga semakin berkembang. Urban Tourism menjadi penting untuk mendukung pengembangan kota sebagai “spatial unit of pleasant living” yang berarti bagian dari unit spasial kehidupan yang menyenangkan.

Dalam suatu kota yang memiliki sungai misalnya dikenaal konsep Riverfront, yaitu konsep tepian sungai sebagai bagian dari produk Urban Tourism dan bagian dari elemen utama atau “the main physical characteristics” dari destinasi wisata perkotaan sehingga Riverfront memainkan peran penting dalam menarik pengunjung ke kota. Keberadaan konteks sungai di dalam kota membuka banyak peluang sebagai objek wisata kota.

Ada juga yang dikenal dengan istilah Promanade (ruang pejalan kaki) yaitu area pejalan kaki di suatu perkotaan yang memiliki peran penting dalam kehidupan perkotaan. Area tersebut adalah platform untuk menciptakan hubungan sosial. Kawasan pejalan kaki adalah tempat dimana masyarakat menghabiskan waktu bersama orang lain, teman, saudara atau keluarga untuk bercengkrama dan menikmati nuansa di lingkungan sekitarnya.

“ Dengan demikian tampaknya masih banyak masyarakat perkotaan yang belum memahami bagaimana caranya mengembangan dan menerapkan konsep wisata di perkotaan. Padahal konsep dasarnya sama dengan pengembangan wisata pada umumnya, termasuk wisata pedesaan. Perbedaannya terletak pada sifat atraktifnes wilayahnya, ada yang berbasis alam dan ada yang berbasis buatan. Dalam membangun sifat ketertarikan buatan ini juga jangan selalu diasumsikan adanya investasi yang besar, tetapi disesuaikan dengan lingkungan yang ada, dan prioritaskan berbasis gotong royong. Meskipun disadari bahwa gotong royong sudah mulai pudar di beberapa daerah perkotaan “, pungkas Dede.(red)

Leave A Reply

Your email address will not be published.