Prawita GENPPARI Evaluasi Penanganan Kawasan Wisata Pantai Cox Bazar – Bangladesh
Faktaperistiwanews.co.id – Dampak yang ditimbulkan akibat pandemi covid 19 ini sangat luar biasa, bukan hanya pada masalah kesehatan semata tetapi juga masalah perekonomian dan kehidupan masyarakat yang semakin terpuruk. Situasi ini seolah saling tarik menarik kepentingan, dari satu sisi diharapkan masyarakat diam di rumah untuk menghindari penularan tapi di lain sisi juga masyarat harus menafkahi keluarganya sehingga menuntut mereka tetap bekerja atau beraktivitas. Hal ini dirasakan tidak hanya oleh satu negara saja, tetapi juga oleh banyak negara lainnya. Salah satu sektor yang terpuruk adalah sektor pariwisata, dan tentu akan banyak berdampak pada sektor lainnya “, demikian diungkapkan oleh Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi sekembalinya dari kawasan pantai terindah di Bangladesh yang bernama Cox Bazar, Jum’at (23/7).
Hal tersebut ia sampaikan setelah melakukan perbaikan pesawat terbang Bismilah Air di kota Cox Bazar. Setelah pekerjaan bisa diselesaikan, ia dan tim berkesempatan keliling kawasan pantai yang merupakan potensi wisata andalan negara Bangladesh. Garis pantai wisatanya sangat panjang dan indah, namun sayang sebagai negara yang berkembang penataan kawasannya masih kotor. Di beberapa sudut pantai maupun kotanya masih tampak tumpukan sampai yang masih berserakan di sana sini. Ini menjadi tantangan pengelola objek wisata di sana untuk menanamkan nilai – nilai agar semua masyarakat turut berperan serta menjaga kebersihan, karena seberapabesarpun daya tarik kawasan wisata, kalau objeknya tampak kotor tentu akan mengurangi ketertarikan orang untuk berkunjung.
Kemudian Dede juga menyampaikan bahwa Republik Rakyat Bangladesh merupakan sebuah negara di Asia Selatan yang berbatasan dengan India dan Myanmar. Letak geografisnya memiliki alam yang bagus sehingga banyak potensi wisata yang belum dikelola secara baik. Salah satu masalah menonjol sebagaimana disampaikan di atas adalah masalah kebersihan. Mungkin menjadi salah satu masalah yang mirip juga dengan tata kelola objek wisata di Indonesia. Ujarnya.
Lebih lanjut ia juga menjelaskan bahwa Bangladesh memiliki kawasan pantai yang menjadi kebanggaan rakyat Bangladesh sekaligus sumber pendapatan negaranya, yaitu pantai Cox Bazar. Pantainya merupakan pantai terpanjang di dunia, dengan garis panjang pantainya mencapai sekitar 120 kilometer. Para wisatawan yang datang ke tempat ini akan disuguhi keindahan laut dengan ombak besar dan pasir putih yang mengundang decak kagum yang luar biasa. Pantai ini dikenal juga dengan sebutan “Panowa” atau “Palongkee”, dan selalu ramai dikunjungi wisatawan mancanegara. Kecuali saat ini dimana pandemi covid 19 melanda hampir seluruh dunia, termasuk Cox Bazar maka kunjungan wisatawan terhenti atau terpuruk sebagaimana kawasan wisata lainnya di seluruh dunia.
Dampak dari kondisi tersebut, ada sekitar 21 kuda yang menjadi salah satu andalan wisata pantai mengalami kematian karena kelaparan, dan jumlah ini tentu bisa terus bertambah seiring dengan pandemi covid 19 yang belum berakhir. Hal ini terjadi karena saat virus corona menyerang, jumlah turis turun tajam sehingga pendapatan menurun juga yang berujung kesulitan untuk membeli pakan ternak kudanya. Kuda – kuda yang masih hidup pun, tampak sangat kurus sehingga berpotensi mengalami kematian juga. Apalagi negara Asia Selatan berpenduduk 168 juta orang itu, saat ini juga sedang berjuang melawan gelombang baru infeksi virus Corona, sehingga untuk memutus rantai penularan Covid-19, Bangladesh menerapkan lockdown atau penguncian nasional.
“ Saat lockdown seperti saat ini, tentu tidak ada turis yang datang, termasuk ke pantai Cox’s Bazar, yang merupakan salah satu pantai terpanjang di dunia dan paling populer dalam deretan destinasi wisata Bangladesh. Kuda-kuda yang biasa mengantar wisatawan pun masuk kandang. Tanpa pendapatan dari wisatawan, kesulitan untuk mendapatkan uang. Jangankan untuk membeli makanan kuda, untuk memenuhi biaya hidup harian keluarga pun dirasakan kesulitan. Oleh karena itu, kondisi wisata di Bangladesh hendaknya menjadi pelajaran juga agar masyarakat benar – benar mematuhi protokol kesehatan agar situasi semakin membaik dan pada akhirnya masyarakat bisa beraktivitas kembali dengan normal. Hal ini tentu menjadi harapan bersama, maka mematuhi protokol kesehatan menjadi sebuah keharusan dan sekaligus kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab “, pungkas Dede mengakhiri percakapan.
(Red)