Penyebab Runtuhnya Bangunan dengan Pola Pancake Oleh : Dede Farhan Aulawi

497

Bandung || faktaperistiwanews.co – Runtuhnya bangunan dengan pola pancake merupakan salah satu bentuk kegagalan struktural paling mematikan dan dramatis dalam dunia konstruksi. Pola pancake merujuk pada runtuhnya lantai demi lantai secara vertikal, saling menimpa seperti tumpukan panekuk. Dalam sekejap, seluruh bangunan dapat berubah menjadi puing-puing tanpa menyisakan ruang kosong di antara lantai. Kejadian ini sangat berbahaya karena terjadi begitu cepat dan hampir tidak memberi waktu bagi penghuni untuk menyelamatkan diri. Artikel ini akan mengulas beberapa penyebab utama runtuhnya bangunan dengan pola pancake.

1.Kegagalan Struktural Primer

Penyebab paling umum dari runtuhnya bangunan secara pancake adalah kegagalan pada elemen struktural utama, seperti kolom atau sambungan antar lantai. Dalam sistem bangunan bertingkat, kolom-kolom vertikal bertugas menopang seluruh beban lantai di atasnya. Bila satu kolom gagal—baik karena korosi, desain yang salah, atau kerusakan akibat gempa—beban dari lantai di atasnya langsung dialihkan ke struktur di bawahnya yang mungkin tidak dirancang untuk menahan beban tambahan secara tiba-tiba. Hal ini bisa memicu keruntuhan berantai ke bawah.

2.Desain dan Konstruksi yang Cacat

Desain struktural yang buruk atau proses pembangunan yang tidak sesuai standar dapat menjadi pemicu awal runtuhnya bangunan. Misalnya, penggunaan material berkualitas rendah, pengurangan jumlah tulangan baja, atau kesalahan dalam perhitungan beban bisa membuat struktur sangat rentan. Selain itu, kegagalan untuk mengikuti regulasi dan standar bangunan yang berlaku juga memperbesar kemungkinan terjadinya kegagalan struktural sistemik.

3.Korosi dan Kurangnya Pemeliharaan

Seiring waktu, material bangunan seperti baja bisa mengalami korosi, terutama jika terpapar kelembapan atau bahan kimia. Korosi dapat melemahkan sambungan antar elemen struktural dan mengurangi kekuatan beban. Bila bangunan tidak dirawat dengan baik—misalnya tidak ada inspeksi rutin atau perbaikan terhadap keretakan dan kebocoran—maka risiko runtuhnya struktur akan meningkat drastis.

4.Gempa Bumi atau Beban Dinamis Ekstrem

Gempa bumi merupakan penyebab alami yang umum memicu keruntuhan bangunan secara pancake. Guncangan horizontal dan vertikal yang hebat dapat menyebabkan kolom-kolom pendukung patah atau sambungan antar lantai lepas. Dalam kasus tertentu, lantai-lantai bisa terlepas dan jatuh langsung ke bawah, memicu runtuhnya struktur secara berantai.

5.Kegagalan Sambungan Antar Lantai

Setiap lantai dalam bangunan bertingkat tersambung ke rangka utama. Bila sambungan ini gagal—karena desain yang lemah, kualitas material yang buruk, atau kelebihan beban—lantai dapat terlepas dan jatuh ke bawah. Ketika satu lantai jatuh, ia menambah beban pada lantai di bawahnya, yang kemudian juga bisa gagal, menciptakan efek domino yang menyebabkan keruntuhan total.

6.Kebakaran Besar

Kebakaran dalam gedung tinggi dapat melemahkan struktur baja atau beton bertulang secara signifikan. Temperatur tinggi dapat menyebabkan pemuaian logam, hilangnya kekuatan tekan beton, dan rusaknya sambungan struktural. Kebakaran yang berlangsung cukup lama bisa membuat struktur menjadi tidak stabil dan akhirnya runtuh secara pancake, sebagaimana terjadi pada sebagian bangunan dalam peristiwa 11 September 2001 di World Trade Center.

Dengan demikian, runtuhnya bangunan dengan pola pancake merupakan hasil dari kegagalan struktural yang sistemik dan sering kali kompleks. Penyebabnya bisa berasal dari satu faktor utama, atau kombinasi dari beberapa faktor seperti kesalahan desain, kurangnya pemeliharaan, bencana alam, hingga kebakaran. Untuk mencegah tragedi semacam ini, penting bagi para perencana, insinyur, dan pengelola bangunan untuk memastikan bahwa konstruksi memenuhi standar keselamatan struktural, dan melakukan inspeksi serta perawatan berkala terhadap semua elemen bangunan. Keselamatan penghuni harus selalu menjadi prioritas utama dalam setiap tahap siklus hidup bangunan. (Red)