Tasikmalaya | faktaperistiwanews.co – Bulan Ramadhan sejatinya tidak dijadikan untuk tidak berkarya dengan alasan lemas atau capek. Hal tersebut dibuktikan dengan aktivitas Prawita GENPPARI Tasikmalaya yang terus menata desa untuk mewujudkan desa wisata – desa wisata.
” Salah satu bukti dan karya nyata tersebut dilakukan di desa Indrajaya kabupaten Tasikmalaya. Kepala Desa, tokoh masyarakat, dan Prawita GENPPARI bahu membahu terus bekerja sama. Tiada alasan untuk tidak berkarya hanya karena sedang berpuasa. Inilah contoh tauladan yang bisa dicontoh oleh seluruh masyarakat “, ujar Ketum DPP PRAWITA GENPPARI Dede Farhan Aulawi yang didampingi bapak Kepala Desa Indrajaya di Tasikmalaya, Rabu (6/4).
Pada kesempatan tersebut Dede sangat mengapresiasi semangat kepala desa dan seluruh jajaran aparatur desa yang juga didukung para tokoh masyarakat setempat. Mereka semua bekerja sama satu sama lain saling membantu. Tidak mudah untuk menyamakan persepsi sehingga semua memiliki keinginan yang sama untuk memajukan desanya. Namun berkat kegigihan kepala desa yang selalu berdampingan dengan pengurus DPD PRAWITA GENPPARI kabupaten Tasikmalaya, Alhamdulillah semua bisa berjalan dengan baik.
” Kegiatan menata desa Indrajaya menjadi desa wisata terus dilakukan sejak siang hari dan dilanjutkan setelah tarawih. DPD PRAWITA GENPPARI kabupaten Tasikmalaya terus menerus melakukan pendampingan sehingga tercipta percepatan dalam mewujudkan desa wisata. PRAWITA GENPPARI telah bekerja dan mengabdi secara nyata dalam mewujudkan banyak desa wisata. Mereka bekerja tanpa pamrih dan tidak pernah mengeluh, meskipun tidak ada yang menggaji ataupun memberikan honor. Inilah sosok – sosok pejuang tangguh saat ini. Di saat hampir setiap orang bekerja diukur dengan upah, tapi PRAWITA GENPPARI tidak seperti itu. Inilah ketauladanan yang bisa dijadikan contoh bagi seluruh organisasi perkumpulan yang sejenis. Semoga kita semua bisa selalu mengabdi untuk negeri “, harap Kades Indrajaya.
Bagi PRAWITA GENPPARI, bulan Ramadhan tidak menghalangi kerja dan karya untuk memajukan desa di bidang kepariwisataan, seni budaya dan UMKM. Apa yang selama ini dicontohkan oleh jajaran Pengurus DPP PRAWITA GENPPARI terus menular ke seluruh pengurus Prawita GENPPARI, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/ kota. DPP PRAWITA GENPPARI selama ini memang dijadikan contoh dan arti dari sebuah PENGABDIAN. Bayangkan saja sebagai organisasi independen yang tanpa bantuan pembiayaan dari pemerintah, tapi kerja kerasnya bisa dibilang melebihi pegawai yang digaji. Bahkan pembinaan dan pelatihan dalam memenuhi kebutuhan kompetensi SDM Indonesia terus dilakukannya dengan penuh keikhlasan. Jika saat ini ada sebuah Nobel Pengabdian, maka PRAWITA GENPPARI menjadi salah satu organisasi yang sangat layak dan patut untuk menerima Nobel Pengabdian tersebut.
Kemudian ada satu lagi konsep yang membanggakan, yaitu konsep Coommunity Based Tourism Development yang dimilikinya, dimana semua kegiatan yang dilakukan dalam membuat, menata dan mengembangkan desa wisata selalu berbasis gotong royong masyarakat. Artinya proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa wisata tidak membebani APBN/ APBD, tidak nyari -nyari investor, dan juga tidak menggangu dana desa. Itulah sebabnya fundamen pembangunan desa selalu dimulai dengan saresehan wisata di tingkat desa, dimana seluruh aparatur desa dan para tokoh masyarakat duduk bersama merumuskan konsep dasar pembangunan kepariwisataan di desanya. Inilah ide brilian dan inovasi Prawita GENPPARI yang selalu diingat di hati masyarakat Indonesia.
” Intinya kita semua harus bahu membahu dan bekerja sama untuk memajukan desa atau daerahnya masing-masing. Dengan semangat kebersamaan dan gotong royong yang merupakan jati diri bangsa harus dipertahankan dan dirawat sebagai warisan budaya yang luhur “, ujar Dede mengakhiri perbincangan.(red)