Analisis Hipotetis Penyebab Longsor di Tambang Bawah Tanah Freeport Oleh : dede Farhan Aulawi

542

Bandung || faktaperistiwanews.co – Tambang Grasberg Block Cave (GBC), di Tembagapura, Mimika, Papua Tengah, milik PT Freeport Indonesia (PTFI), telah mengalami insiden longsor besar pada malam hari Senin, 8 September 2025. Longsoran material basah menimbun area produksi dan menutup akses ke terowongan dimana para pekerja sedang melakukan pengembangan tambang. Tujuh pekerja terjebak, dua di antaranya kemudian ditemukan meninggal, lima lainnya sempat hilang sebelum akhirnya ditemukan setelah hampir sebulan pencarian.

Sejak kejadian, Freeport melibatkan tim ahli eksternal bersama pemerintah dalam penyelidikan akar masalah, serta menghentikan operasi penuh tambang bawah tanah tersebut hingga hasil investigasi keluar. Analisis Penyebab Kemungkinan yang diduga berkontribusi pada terjadinya longsor ini, adalah :

  • Aliran material basah (wet muck) dalam jumlah besar. Longsoran dikarenakan “aliran material basah” yang tumpah dari area produksi. Material semacam ini jika tidak dikendalikan dengan baik, bisa menjadi sangat labil dan berpotensi bergerak secara tiba-tiba.
  • Kondisi geoteknik dan kelabilan tanah/batuan. Karena ini tambang bawah tanah dengan sistem block cave, kestabilan massa batuan di atas ruang kosong (cave) sangat penting. Bila ada tekanan batuan, perubahan kadar air, atau kegagalan sistem drainase, kestabilan itu bisa terganggu. Laporan menyebut bahwa material yang longsor “lebih banyak dari perkiraan” dan masih bergerak, yang menunjukkan bahwa estimasi sebelumnya mungkin tidak cukup mengantisipasi volume atau perilaku material di bawah kondisi tertentu.
  • Kurangnya akses evakuasi karena penutupan jalur akibat longsor. Begitu material longsor tumpah ke terowongan, akses fisik untuk mencapai lokasi pekerja menjadi sulit atau terhalang. Kendala ini diperparah karena material masih bergerak (aktif) dan kondisi basah.
  • Manajemen risiko dan persiapan darurat. Meskipun Freeport melaporkan telah mengambil langkah-langkah evakuasi menggunakan alat berat, bor, drone, dan membuat jalur terowongan evakuasi alternatif, laporan awal menunjukkan bahwa tantangan besar muncul karena volume material yang melebihi estimasi, dan kondisi lingkungan yang tidak sepenuhnya stabil. Bisa jadi persiapan awal untuk menghadapi longsoran dengan skenario terburuk belum memadai.
  • Pengaruh faktor cuaca atau air. Walau belum ada konfirmasi resmi bahwa hujan atau air dari luar menjadi penyebab langsung, keberadaan kata “material basah” dan fakta bahwa volume air akan mempengaruhi kestabilan material batuan di bawah tanah menunjukkan bahwa air (drainase, infiltrasi, rembesan) mungkin memainkan peran signifikan. Bila air terkumpul di zona batuan retak atau porositas tinggi, maka bisa mengurangi kohesi batuan sehingga mudah longsor.
  • Kemungkinan human error atau kelalaian teknis. Pemerintah menyebut bahwa investigasi akan melihat kemungkinan human error atau kelalaian teknis. Ini bisa mencakup aspek desain tambang, pemeliharaan sistem drainase, pengawasan geoteknik, prosedur keselamatan, atau pengendalian kualitas material.
  • Estimasi dan desain awal yang mungkin kurang konservatif. Freeport sendiri menyatakan bahwa kejadian ini adalah yang pertama terjadi sepanjang operasi Block Cave mereka, dan volume material yang longsor “jauh lebih besar dari yang pernah terjadi” atau dari asumsi. Ini menunjukkan bahwa permodelan desain atau estimasi konservatif terhadap risiko longsor mungkin tidak mencakup skenario ekstrem semacam ini.

Sambil menunggu hasil investigasi lengkap, berikut beberapa langkah yang dapat diambil :

  • Peninjauan ulang desain keamanan zona produksi dan terowongan, termasuk untuk aliran material basah.
  • Penguatan sistem drainase dan pengelolaan air untuk memastikan air tidak terakumulasi di zona kritis.
  • Pemasangan sensor pemantau kondisi batuan (strain, retakan, kelembapan) dan sistem peringatan dini.
  • Latihan evakuasi rutin dan perencanaan jalur alternatif agar pekerja tidak terjebak bila akses utama tertutup.
  • Audit eksternal berkala terhadap program keselamatan dan geoteknik.
  • Transparansi penuh kepada pekerja dan publik tentang hasil investigasi agar pelajaran dapat diambil dan kepercayaan terbangun.

Dengan demikian, longsor di tambang bawah tanah Freeport Grasberg adalah kejadian yang kompleks, melibatkan kombinasi faktor teknik, lingkungan, dan manajerial. Faktor aliran material basah besar, kondisi geoteknik batuan, estimasi risiko yang kurang memadai, serta kendala dalam evakuasi turut berkontribusi. Secara umum, faktor penyebab biasanya bukan satu hal saja melainkan akumulasi beberapa kelemahan dalam sistem pengendalian risiko. Agar kejadian serupa tidak terulang, sangat penting untuk memetik pelajaran dari kejadian ini, bukan hanya oleh Freeport, tetapi juga oleh regulator dan pihak terkait. Keamanan pekerja dan stabilitas tambang harus menjadi prioritas utama. Semoga bermanfaat.(Red)