Bandung || faktaperistiwanews.co – Teknologi Blockchain pada dasarnya adalah sistem pencatatan transaksi yang tersebar (distributed ledger) dengan karakteristik transparan, tidak mudah diubah, dan memungkinkan transaksi peer-to-peer tanpa melalui perantara tradisional. Teknologi ini awalnya terkenal melalui mata uang kripto seperti Bitcoin, namun kemudian merambah ke banyak sektor lain (keuangan, logistik, identitas digital, supply-chain, aset tokenisasi, dan sebagainya).
Penggunaan blockchain dalam transaksi tumbuh karena beberapa keunggulan, misalnya pengurangan biaya (terutama di pembayaran lintas-batas), peningkatan kecepatan penyelesaian (settlement), serta kemampuan untuk membuka model bisnis baru (DeFi, tokenisasi aset nyata, smart contract). Contoh: teknologi blockchain diklaim dapat memangkas biaya pengiriman uang internasional hingga ~40%.
Beberapa data penting (per 2024–2025) yang menggambarkan bagaimana transaksi blockchain berkembang :
- Pengguna blockchain secara global telah mencapai sekitar 560 juta orang pada 2025, atau sekitar 3,9 % populasi dunia.
- Transaksi dalam ekosistem stablecoin (mata uang kripto yang dipatok ke aset seperti dolar) mengalami lonjakan besar, misalnya antara Januari–Juli 2025, volume transaksi stablecoin melewati USD 4 triliun.
- Beberapa jaringan blockchain memproses transaksi dalam skala sangat besar. Contohnya, jaringan Solana disebut mencapai 2,98 miliar transaksi pada Juni 2025, sedangkan jaringan lainnya seperti BNB Chain dan Base juga berada di ratusan juta transaksi.
- Pasar teknologi blockchain secara keseluruhan juga tumbuh pesat: misalnya laporan menyebut nilai pasar teknologi blockchain diperkirakan mencapai puluhan miliar dolar AS (dan proyeksi ke depan bahkan ratusan miliar).
- Transaksi blockchain di sektor pembayaran dan keuangan tradisional meningkat, penggunaan blockchain untuk sistem pembayaran lintas‐batas, rekonsiliasi, dan solusi infrastruktur keuangan dilaporkan semakin banyak.
Beberapa faktor yang mendorong pesatnya transaksi berbasis blockchain antara lain :
- Efisiensi biaya dan kecepatan. Blockchain memungkinkan transaksi yang lebih cepat dibanding sistem tradisional (terutama lintas‐batas) dan dapat memangkas biaya operasional.
- Adopsi institusional & korporasi. Semakin banyak perusahaan dan lembaga keuangan yang mengeksplorasi atau mengimplementasikan blockchain untuk transaksi, pembayaran, aset digital.
- Ekspansi DeFi dan aset digital. Dengan munculnya keuangan terdesentralisasi (DeFi) dan tokenisasi aset nyata (real‐world assets/RWA), volume transaksi meningkat karena aplikasi baru muncul.
- Infrastruktur dan skala jaringan meningkat. Banyak jaringan blockchain Layer-1 dan Layer-2 yang mampu memproses transaksi dalam jumlah besar dengan biaya rendah, mendorong penggunaannya. Contoh: TRON menjadi jaringan aktif untuk stablecoin karena biayanya murah.
- Regulasi dan ekosistem yang mulai terbentuk. Meskipun masih dalam perkembangan, regulasi yang lebih jelas di beberapa yurisdiksi serta kematangan teknologi memberi kepercayaan lebih bagi pengguna dan institusi.
Walaupun pertumbuhannya signifikan, transaksi blockchain juga menghadapi sejumlah tantangan :
- Skalabilitas dan biaya transaksi. Meskipun beberapa jaringan telah berkembang, masih ada jaringan yang menghadapi kemacetan, tingginya biaya gas, atau throughput rendah.
- Keamanan dan kepercayaan. Serangan, exploit, dan kerentanan di smart contract tetap terjadi, kepercayaan pengguna institusi masih terus dibangun.
- Regulasi & kebijakan . Transaksi berbasis blockchain sering berada dalam area regulasi yang belum matang: pencucian uang, keamanan data, perlindungan konsumen, pajak masih jadi isu. Contoh: laporan menyebut sebagian aktivitas stablecoin terkait dengan aktivitas ilegal.
- Adopsi di sektor tradisional. Meskipun ada peningkatan integrasi, banyak institusi besar masih melakukan pengujian atau pilot, bukan implementasi penuh.
- Integrasi dengan sistem legacy. Sistem keuangan tradisional, supply chain, logistik, identitas digital masih memiliki kompleksitas tinggi untuk diganti atau digabung ke blockchain.
Melihat tren saat ini, beberapa prospek perkembangan transaksi blockchain di dunia adalah :
- Peningkatan tokenisasi aset nyata (real‐world assets) menjadi transaksi blockchain yang signifikan: real-estate, obligasi, komoditas bisa semakin diperdagangkan di blockchain.
- Lebih banyak adopsi Layer-2 dan interoperabilitas antar‐jaringan untuk meningkatkan kapasitas transaksi dan menurunkan biaya.
- Integrasi blockchain ke dalam sistem keuangan tradisional (bank, pembayaran lintas‐batas, infrastruktur pasar modal) akan tumbuh lebih lanjut.
- Pengguna dan transaksi ritel (termasuk pembayaran) melalui blockchain akan meningkat, karena biaya semakin rendah dan pengalaman pengguna membaik.
- Regulasi yang lebih jelas akan mendukung legitimasi, kepercayaan, dan partisipasi institusi serta investor besar.
- Dari sisi geografi, wilayah Asia-Pasifik akan terus menjadi pusat penting karena adopsi digital yang cepat dan populasi besar.
Dengan demikian, perkembangan transaksi berbasis blockchain di dunia menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan semakin matang. Dari pengguna yang terus meningkat, volume transaksi yang sangat besar, terutama di stablecoin dan jaringan blockchain aktif hingga integrasi teknologi ini ke dalam sektor keuangan dan aset digital, semua menunjukkan bahwa transaksi blockchain bukan lagi sekadar eksperimen, tapi menjadi bagian penting dari infrastruktur ekonomi digital global.(Red)
