Tulang Sulbi, Jejak Keabadian dalam Anatomi Manusia Oleh : Dede Farhan Aulawi

Bandung || faktaperistiwanews.co – Dalam pandangan ilmiah, tulang sulbi atau coccyx merupakan bagian kecil dari rangka manusia yang terletak di ujung bawah tulang belakang. Namun dalam pandangan religius, khususnya Islam, tulang ini memiliki makna yang jauh lebih dalam. Ia diyakini sebagai tulang yang tidak akan hancur selamanya, bahkan ketika seluruh jasad manusia telah terurai di bumi. Keunikan ini menjadikan tulang sulbi bukan hanya fenomena biologis, tetapi juga simbol keabadian penciptaan manusia dan bukti kekuasaan Allah atas kehidupan dan kebangkitan di hari akhir.

Dalam sebuah hadis sahih, Rasulullah ﷺ bersabda :

“Setiap bagian tubuh anak Adam akan dimakan tanah, kecuali satu tulang yaitu tulang sulbi. Dari tulang itulah manusia akan disusun kembali pada hari kiamat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa tulang sulbi memiliki kedudukan khusus dalam penciptaan manusia dan kebangkitannya. Tulang ini disebut sebagai “‘ajbu dz-dzanab” atau tulang ekor bagian paling dasar dari tubuh yang menjadi “inti kehidupan” atau “benih penciptaan”. Dalam perspektif spiritual, ia menjadi simbol kontinuitas eksistensi, bahwa kehidupan manusia tidak berakhir dengan kematian, tetapi akan berlanjut dalam bentuk kebangkitan di akhirat.

Secara ilmiah, tulang sulbi terbentuk dari segmen tulang kecil di ujung kolumna vertebralis yang disebut coccygeal vertebrae. Dalam embriologi modern, bagian ini terbentuk dari lempeng embrional primer yang muncul sejak masa awal pembentukan janin, bahkan sebelum organ-organ utama terbentuk.

Dalam tahap awal embrio, manusia memiliki struktur seperti ekor yang kemudian menyusut seiring pertumbuhan. Sisa dari struktur tersebut tidak hilang sepenuhnya, melainkan menyatu menjadi tulang sulbi. Fakta ini menguatkan pemahaman bahwa tulang sulbi memang bagian paling dasar dan paling awal terbentuk dalam tubuh manusia sebagaimana disinggung dalam hadis bahwa ia menjadi asal mula penciptaan kembali.

Para ahli anatomi juga mencatat bahwa tulang sulbi memiliki struktur padat dan kuat, menjadikannya lebih tahan terhadap proses dekomposisi alami. Secara ilmiah, hal ini dapat menjelaskan mengapa tulang ini lebih awet dibandingkan bagian tubuh lain, seolah mendukung sabda Rasulullah ﷺ tentang ketahanannya terhadap kehancuran.

Dimensi Filosofis dan Teologis

Dalam pandangan filsafat Islam, setiap ciptaan memiliki hikmah eksistensial. Tulang sulbi, walau kecil dan tersembunyi, menjadi simbol ketauhidan dan kekuasaan Allah dalam menciptakan dan menghidupkan kembali makhluk-Nya. Ia mengingatkan manusia bahwa kehidupan tidak berhenti di dunia fisik, melainkan akan berlanjut dalam bentuk yang baru pada kehidupan akhirat.
Tulang sulbi juga dapat dimaknai sebagai “inti memori penciptaan” seolah di dalamnya tersimpan cetak biru kehidupan yang akan diaktifkan kembali kelak. Dalam konteks spiritual, ia mengajarkan manusia untuk tidak sombong terhadap jasad yang sementara, karena seluruh keagungan tubuh manusia bermula dari sesuatu yang kecil dan tersembunyi, namun memiliki rahasia besar dari Sang Pencipta.

Kajian ilmiah modern justru semakin memperkaya pemahaman religius ini. Penelitian tentang stem cell dan regenerasi jaringan menunjukkan bahwa bahkan dari satu sel kecil, kehidupan dapat tumbuh kembali. Prinsip biologis ini sejalan dengan pesan spiritual Islam bahwa Allah Maha Kuasa membangkitkan kehidupan dari sesuatu yang kecil dan tampak tak berarti.

Tulang sulbi, dengan demikian, bukan hanya simbol fisik, tetapi juga metafora kebangkitan iman. Ia mengingatkan manusia agar tidak kehilangan harapan, sebab dari sesuatu yang kecil, bahkan yang telah lama terkubur, Allah dapat menumbuhkan kembali kehidupan, harapan, dan keberadaan.

Jadi, tulang sulbi merupakan titik temu antara sains dan wahyu. Secara anatomi, ia adalah bagian terakhir dari tulang belakang, berfungsi dalam keseimbangan tubuh dan struktur panggul. Secara spiritual, ia adalah simbol asal-usul penciptaan dan janji kebangkitan. Keberadaannya menjadi bukti bahwa ilmu pengetahuan dan agama bukan dua hal yang bertentangan, melainkan saling menguatkan dalam menyingkap keagungan Sang Pencipta.
Melalui tulang sulbi, manusia diajak untuk merenungi hakikat penciptaan bahwa dari sesuatu yang kecil dan tersembunyi, Allah mampu menciptakan keindahan, kehidupan, dan keabadian. Maka, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, kelak manusia akan dibangkitkan dari tulang kecil itu, dan setiap amal akan mendapatkan ganjarannya sesuai kehendak-Nya.(Red)