Konsekuensi Tak Terduga Dari Kebijakan AS di Suriah Oleh : Dede Farhan Aulawi

Bandung || faktaperistiwanews.co – Kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS) di Suriah merupakan bagian dari strategi globalnya di Timur Tengah, terutama terkait dengan isu-isu seperti terorisme, pengaruh Iran, dan stabilitas regional. Namun, seperti banyak intervensi luar negeri lainnya, kebijakan AS di Suriah telah menghasilkan sejumlah konsekuensi tak terduga yang signifikan.

Tujuan Kebijakan Luar Negeri AS di Suriah
AS terlibat di Suriah dengan berbagai tujuan, yang berubah seiring waktu :

  • Memerangi ISIS: Fokus utama sejak 2014, terutama melalui dukungan terhadap Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didominasi oleh milisi Kurdi.
  • Menggulingkan rezim Bashar al-Assad: Secara tidak langsung, terutama pada awal konflik (2011–2015), melalui dukungan terhadap kelompok oposisi.
  • Menahan pengaruh Iran dan Rusia: AS berupaya membatasi jangkauan Iran di Suriah dan mengimbangi pengaruh Rusia yang mendukung rezim Assad.
  • Stabilisasi kawasan: Mencegah meluasnya konflik ke negara-negara tetangga seperti Irak, Turki, dan Yordania.

Konsekuensi Tak Terduga
a. Penguatan Posisi Rusia dan Iran

  • Tak Terduga: AS berharap Assad akan jatuh atau melemah, tetapi intervensi militer Rusia (2015) dan dukungan Iran justru memperkuat posisi Assad saat itu.
  • Konsekuensi: Suriah menjadi basis strategis utama bagi Iran dan Rusia, memperbesar pengaruh mereka di kawasan.

b. Ketegangan dengan Turki

  • Tak Terduga: Dukungan AS terhadap milisi Kurdi (YPG) yang dianggap Turki sebagai bagian dari PKK (organisasi teroris menurut Ankara).
  • Konsekuensi: Hubungan AS–Turki memburuk. Turki kemudian melakukan invasi militer ke wilayah Suriah utara (Afrin, 2018; Ras al-Ayn, 2019).

c. Munculnya Vacuum of Power

  • Tak Terduga: Penarikan pasukan AS secara mendadak (seperti pada 2019 atas perintah Trump) menciptakan kekosongan kekuasaan.
  • Konsekuensi: Milisi Kurdi beralih bekerja sama dengan rezim Assad dan Rusia untuk bertahan dari invasi Turki. Ini memperlemah posisi AS dan memperkuat musuh-musuhnya.

d. Fragmentasi dan Prolongasi Konflik

  • Tak Terduga: Harapan bahwa dukungan terhadap oposisi akan menghasilkan transisi kekuasaan.
  • Konsekuensi: Justru memperpanjang konflik dan memecah kelompok oposisi, sebagian jatuh ke tangan ekstremis atau terpecah dalam faksi bersenjata tanpa koordinasi.

e. Masalah Kemanusiaan dan Pengungsi

  • Tak Terduga: Intervensi yang ditujukan untuk stabilisasi justru memperpanjang perang.
  • Konsekuensi: Krisis pengungsi besar-besaran, ketegangan sosial dan politik di Eropa dan negara-negara tetangga, serta meningkatnya radikalisasi.

f. Kebangkitan ISIS (Kembali)

  • Tak Terduga: Setelah dianggap kalah secara teritorial (2019), ISIS masih aktif sebagai jaringan bawah tanah.
  • Konsekuensi: Kekacauan politik dan keamanan di wilayah Suriah timur dan Irak memberi ruang bagi ISIS untuk mereorganisasi diri.

Evaluasi dan Kritik
Kebijakan AS di Suriah sering dianggap :

  • Tidak konsisten: Berganti-ganti arah tergantung pada presiden (Obama, Trump, Biden).
  • Kurang strategi jangka panjang: Fokus pada tujuan jangka pendek seperti memukul ISIS, tapi tanpa rencana pasca-konflik yang jelas.

Itulah hal – hal yang tidak terduga, dan konsekuensi dari kebijakan AS di Suriah.(Red)